Matahari seperti
sedang marah kepada bumi hari ini, dari pagi sampai sesore ini ia terus menghangatkan
bumi dengan sinar terangnya. Kalau mengikuti kata hati malas rasanya aku pergi
kuliah karena pasti sangat panas dan harus berdesakan dijalan raya. Apalagi sekarang
kota tanjungpinang sudah dipenuhi dengan kendaraan pribadi khususnya kendaraan
roda dua yang menambah sesak jalan-jalan tanjungpinang.
Lampu merah
kilometer 7 menghambat laju kendaraanku, dari kejauhan aku lihat seorang anak
kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah. Dia
membiarkan tubuhnya kepanasan dengan tetap memegang erat gulungan dagangannya. "Koran pak", seru anak itu berusaha menjajakan koran dagangannya. Dari
balik kaca mobil-
mobil yang sedang berbaris menunggu lampu hijau, dia terus berteriak berusaha
menjual korannya, tetapi aku tak lihat ada satu orang pun yang membeli korannya.
Dalam hati aku merenung anak sekecil ini harus berpanas-panasan untuk
menjual koran. Aku jadi ingat lagunya iwan fals yang judulnya “Tugu Pancoran”.
Setelah berkeliling
akhirnya anak itu mendekati ku, “Koran bang” katanya menawarkan korannya
padaku. “Ngak, dik”, jawabku. Ternyata aku kenal anak ini, Rama namanya anak yang
tinggal di Tanjungunggat dan sekarang dia menjadi penjual koran untuk membiayai
sekolahnya. Dia terpaksa bekerja karena ayahnya meninggal karena sakit baru-baru
ini dan tidak ada lagi orang yang membiayainya.
Rama menatap wajahku dengan tatapan yang sangat
teduh dan aku bertanya kenapa dia tidak sekolah, “sekolah pagi bang”, jawabnya.
Siswa kelas 5 SDN 003 Tanjungpinang ini masih sangat muda untuk bekerja, seharusnya
yang menjadi kewajibannya hanyalah menuntut ilmu, tetapi keadaanlah yang
memaksa dia harus bekerja sambil sekolah.
”Nggak
bang, biasa aja. Saya senang dengan kerja gini”, jawabnya ketika aku tanya apa
dia tidak kepanasan bekerja dibawah terik matahari sore itu. Aku masih saja
terpana dan terus memandangi anak kecil yang melangkah pergi bersama jutaan makna dalam kesahajaannya. Bocah penjual koran itu memberi pesan berharga buat aku hari ini.
”Ternyata akulah
yang lebih pantas dikasihani bukan Rama, karena aku jarang bisa berdamai dengan
hari dan mensyukuri segala yang ada didalamnya” batin ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar