Jumat, 23 Maret 2012

Rama Bocah Si Penjual Koran


Matahari seperti sedang marah kepada bumi hari ini, dari pagi sampai sesore ini ia terus menghangatkan bumi dengan sinar terangnya. Kalau mengikuti kata hati malas rasanya aku pergi kuliah karena pasti sangat panas dan harus berdesakan dijalan raya. Apalagi sekarang kota tanjungpinang sudah dipenuhi dengan kendaraan pribadi khususnya kendaraan roda dua yang menambah sesak jalan-jalan tanjungpinang.
Lampu merah kilometer 7 menghambat laju kendaraanku, dari kejauhan aku lihat seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah. Dia membiarkan tubuhnya kepanasan dengan tetap memegang erat gulungan dagangannya. "Koran pak", seru anak itu  berusaha menjajakan koran dagangannya. Dari balik kaca mobil- mobil yang sedang berbaris menunggu lampu hijau, dia terus berteriak berusaha menjual korannya, tetapi aku tak lihat ada satu orang pun yang membeli korannya.  Dalam hati aku merenung anak sekecil ini harus berpanas-panasan untuk menjual koran. Aku jadi ingat lagunya iwan fals yang judulnya “Tugu Pancoran”.
Setelah berkeliling akhirnya anak itu mendekati ku, “Koran bang” katanya menawarkan korannya padaku. “Ngak, dik”, jawabku. Ternyata aku kenal anak ini, Rama namanya anak yang tinggal di Tanjungunggat dan sekarang dia menjadi penjual koran untuk membiayai sekolahnya. Dia terpaksa bekerja karena ayahnya meninggal karena sakit baru-baru ini dan tidak ada lagi orang yang membiayainya.
Rama  menatap wajahku dengan tatapan yang sangat teduh dan aku bertanya kenapa dia tidak sekolah, “sekolah pagi bang”, jawabnya. Siswa kelas 5 SDN 003 Tanjungpinang ini masih sangat muda untuk bekerja, seharusnya yang menjadi kewajibannya hanyalah menuntut ilmu, tetapi keadaanlah yang memaksa dia harus bekerja sambil sekolah.
            ”Nggak bang, biasa aja. Saya senang dengan kerja gini”, jawabnya ketika aku tanya apa dia tidak kepanasan bekerja dibawah terik matahari sore itu. Aku masih saja terpana dan terus memandangi anak kecil yang melangkah pergi bersama jutaan makna dalam kesahajaannya. Bocah penjual koran itu memberi pesan berharga buat aku hari ini.

”Ternyata akulah yang lebih pantas dikasihani bukan Rama, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari dan mensyukuri segala yang ada didalamnya” batin ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar