Selasa, 01 Mei 2012

Tes Objektif, Subjektif, dan Cloze


Tes Objektif, Subjektif, dan Cloze
Ditinjau dari bentuknya, tes hasil belajar BI dapat menggunakan bentuk objektif, subjektif, dan tes cloze. Di bawah ini diuraikan lebih lanjut karakteristik ketiga bentuk tes tersebut.
1.      Tes Objektif
Tes Objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa sehingga hasil pekerjaan siswa tersebut dapat dikoreksi secara objektif (dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama). Tes objektif yang dibahas di sini mencakup tiga jenis yakni (a) tes objektif melengkapi, (b) tes objektif pilihan, dan (c ) tes objektif menjodohkan.
(a) Tes Objektif Melengkapi
Tes ragam ini menuntut siswa memberikan jawaban dengan melengkapi yang belum sempurna. Butir tes ini terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang tidak disempurnakan. Siswa tugasnya mengisi atau menjawab soal itu dengan mengisikan kata-kata, nomor atau simbol dengan tepat. Untuk menyusun tes objektif melengkapi perlu diperhatikan petunjuk beikut.

-        Sesuatu yang dihilangkan dan yang harus diisikan hanya mengenai satu
macam saja.
-        Jawaban atau isi yang diharapkan bukan merupakan kalimat
-        Penghilangan unsur yang harus dijawab hendaknya tidak menyebabkan kaburnya
isi kalimat.

(b) Tes Objektif Bentuk Pilihan
Bentuk pilihan yaitu tes yang dilakukan dengan cara siswa memilih dari sejumlah jawaban yang disediakan. Bentuk pilihan dapat berupa (1) soal benar salah, (2) soal pilihan ganda dan (3) menjodohkan. Khusus untuk bentuk pilihan ganda tersebut dibedakan atas beberapa macam soal. Ragam soal pilihan ganda tersebut dapat berbentuk soal-soal sebagai berikut.
(a) melengkapi lima pilihan
(b) asosiasi dengan lima pilihan
(c) pengecualian
(d) analisis hubungan antar hal
(e) analisis kasus
(f) pemakaian diagram, gambar dan grafik

Untuk menyusun tes pilihan ganda yang baik hendaknya penyusun memperhatikan hal-hal sebagai berikut

• Pernyataan soal hendaknya sejelas-jelasnya dengan gramatika dan pungtuasi yang benar. Dengan demikian siswa tidak terjebak oleh penggunaan gramatika dan pungtuasi yang salah.
• Option yang disajikan (empat atau lima buah) hendaknya dari bidang yang sama.
• Dalam sistem (kalimat pokoknya) hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian manapun yang dipilih.
• Kalimat pokok dalam setiap butir soal hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal yang lain.
• Option yang disajikan hendaknya jangan tumpang tindih, meskipun option yang baik adalah option yang perbedaannya tipis sekali sehingga menyebabkan siswa berpikir lebih lama.
• Hindarkan penggunaan susunan pernyataan persis di dalam buku pelajaran.
• Option yang disajikan hendaknya baik dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun secara teknis.
(c) Tes Objektif Menjodohkan (Matching)
Ragam soal jenis ini terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban dalam serentetan serijawaban yang disediakan. Tugas siswa dalam ragam soal jenis ini adalah mencari dan menjodohkan masing-masing dengan jawaban-jawaban yang tersedia dalam kolom terjodoh (seri jawaban). Jenis tes ini cocok untuk mengukur kemampuan identifikasi hubungan antara dua hal. Ragam tes ini terdiri dari dua lajur. Lajur kiri biasanya berisi pernyataan yang belum lengkap sedang lajur kanan soal berisi jawaban atau pelengkap.

Petunjuk penyusunan tes menjodohkan adalah sebagai berikut.

• Seri pertanyaan dalam tes menjodohkan diusahakan tidak lebih dari sepuluh soal, sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak jelas lebih membingungkan siswa.
• Jumlah yang harus dipilih hendaknya harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (kurang lebih satu setengah kali). Dengan demikian siswa dihadapkan pada banyak pilihan yang semuanya diusahakan mempunyai kemungkinan benar dan cocok dengan pertanyaan disajikan.
• Lingkup bahan yang akan diteskan dalam satu unit tes penjodohan hendaknya bahan yang sejenis.
• Tempatkan soal dan jawaban pada halaman yang sama.
2.      Tes Subjektif
Tes subjektif adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan bahasa siswa sendiri. Dalam tes subjektif siswa relatif bebas untuk mendekati masalahnya, menentukan informasi faktual yang digunakannya, mengorganisasikan jawaban dan seberapa besar tekanan yang diberikan pada setiap aspek jawabannya. Dengan demikian tes subjektif ini dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menganalisis, mensistesis fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipahaminya. Jawaban tes subjektif ini menunjukkan kualitas cara berpikir siswa, aktifitas kognitif tingkat tinggi, dan kedalaman pemahaman siswa terhadap masalah yang dihadapi.
Tes subjektif ini mementingkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Cara berpikir yang ditekankan pada tes subjektif ini adalah bagaimana siswa sampai pada suatu kesimpulan dan bukan semata-mata kesimpulannya sendiri. Tes jenis ini sangat penting untuk menguji kemampuan siswa yang berkaitan dengan cara mengorganisasi pengetahuan dengan kata-kata siswa sendiri. Dengan sifat tes subjektif ini jelas jawaban siswa akan sangat bervariasi. Hal inilah yang sangat mempengaruhi unsur subjektifitas pengoreksi.

Petunjuk penyusunan tes subjektif adalah sebagai berikut.
(a) Soal-soal tes hendaknya dapat mencakup ide-ide pokok dari bahan yang dapat diteskan
sehingga soal tersebut sifatnya komprehensif.
(b) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
(c) Pertanyaan hendaknya tegas, singkat dan jelas sehingga menuntun ke arah jawaban yang diminta.
(d) Pada waktu menyusun hendaknya sudah dilengkapi dengan rambu-rambu jawabannya serta kriteria pedoman penilaiannya.
3) Tes Cloze
Istilah cloze berasal dari persepsi psikologi gestal yang merupakan proses “menutup” sesuatu yang belum lengkap. Dalam teknik cloze tempat kosong sengaja disediakan dalam kesekian ( ke-5, ke -6, dan ke-7). Tugas siswa dalam tes ini adalah mengisikan kembali kata-kata itu secara tepat, siswa dituntut menguasai sistem gramatikal bahasa dan harus dapat memahami wacana.
Untuk mengukur kemampuan berbahasa siswa, penyusunan teknik cloze harus dipilihkan wacana yang belum dikenal siswa. Wacana yang bersifat umum dan sudah dikenal, tidak tepat dipilih karena hanya menuntut kemampuan ingatan saja. Wacana teknis yang hanya dikenal oleh kelompok tertentu saja juga tidak baik, karena bagi siswa lain yang tidak berkecimpung di jurusan tersebut akan sangat sulit.
Penghilangan kata dalam contoh teknik cloze dapat bersifat sistematis, yaitu setiap kata yang ke-5, ke-7, ke-9 dan seterusnya. Kalimat pertama dan terakhir sengaja disajikan secara utuh untuk membantu siswa memahami wacana. Di samping penghilangan kata-kata yang bersifat sistematis ada variasi cara penghilangan yang juga dapat ditempuh. Penghilangan itu tidak bersifat sistematis setiap kata yang ke-n, melainkan setiap jenis kata tertentu, misalnya setiap kata benda, kerja, sifat, atau semua kata tugas.
Ada dua macam teknik penilaian yang dapat dipergunakan dalam teknik cloze, yaitu metode kata secara eksak dan penilaian kelayakan konteks (Oller, 1979: 367-68). Penilaian dalam metode kata yang terdapat dalam wacana semula. Jika pengisian kata itu tidak persis, walaupun kata yang diisikan itu sinonim atau layak sesuai dengan konteks, jawaban siswa itu tetap dinyatakan salah.
Teknik penilaian kelayakan konteks, di pihak lain, membenarkan semua kata jawaban siswa asal kata yang diisikan itu sesuai dengan konteks. Jadi, pengisian dengan kata memiliki untuk nomor satu di atas dinyatakan benar. teknik penilaian dengan metode kata eksak di atas sangat berat. Oleh karena itu, teknik penilaian kelayakan konteks lebih disarankan hal itu juga berdasarkan pertimbangan bahwa berkomunikasi orang sering merasa bebas untuk memilih kata yang dianggapnya paling sesuai dan atau tepat.






DAFTAR PUSTAKA

http://dc342.4shared.com/doc/UkYfkHrm/preview.html